Rabu, 10 Desember 2008

Pupuk sulit didapati, mengapa tidak belajar buat sendiri ?

Sudah bukan hal yang aneh jika petani sebagai salah satu komponen kawula alit, setiap kali musim tanam selalu menghadapi problem yang sama. Pupuk sulit didapat. Dimana mana petani bingung, hingga puncaknya sering demo di distributor pupuk. Saking sulitnya pupuk didapat, sampai ada yang nekat mencegat truk pupuk, diberhentikan paksa dan pupuk dijarah bersama. Sopir diusir pulang, diberi sangu. Akhirnya tidak jarang truk dikawal petugas. Salah siapa ini ....? Ada yang menuding data kebutuhan pupuk dari daerah-daerah jauh dibawah kebutuhan petani dilahan. Petani terbiasa memakai pupuk melebihi takaran. Pihak petani merasa jika tidak dilebihkan takaran, tanaman kurang subur. Produksi rendah. Akhirnya yang menanam belakangan, nggak keduman pupuk. Waktu panen, harga produk jatuh, petani merugi. Jika petani mau belajar membuat pupuk sendiri untuk memenuhi kebutuhannya, berebut pupuk tidak akan terjadi. Hanya berbahan limbah peternakan dan pertanian dengan teknologi tepat guna sederhana, petani dapat membuat pupuk sendiri. Lebih-lebih Tahun 2010 dicanangkan mulai pertanian organik. Sementara limbah organik yang dapat digunakan pupuk, sangat berlimpah dan mudah didapat. Produk pertanian organik juga lebih mahal. Jadi buat pupuk sendiri adalah solusi yang cerdas dan aman. Tidak terlalu sulit membuat pupuk organik sendiri. Kakek nenek dulu sudah mempraktekkannya. Jangka panjang, kesuburan tanah akan segera terkembalikan. Yang penting ada kemauan dan mengembalikan pola dan cara tanam seperti jaman dulu. Bahan-bahan yang dapat digunakan pupuk misalnya : kotoran ternak, limbah tanaman dedaunan, limbah ikan laut, kencing ternak, jerami, dedak, sekam padi, bahkan sampah dll. Pabrik-pabrik besar sudah mulai membuat pupuk organik dengan macam macam merek yang sebenarnya petani mampu membuat sendiri. Kalau orang lain mampu buat, kita petani juga harus mampu. Sekali lagi pasti bisa. Dengan alat alat sederhana sekalipun. Ikuti tulisan tulisan berikutnya.


Salam,
Pakde Tropong.

Tidak ada komentar: